6 Jurus terjitu untuk kita yang telah dibiasakan waktu



Sumber gambar : Hipwee

Ditakdirkan hidup bersama yang dengannya waktu ingin dibuat dengan durasi panjang. Serasa 24 jam yang Allah beri belum cukup. Saling memerlukan dan menginginkan. Namun bilamana hari datang dan salah satu darinya harus pamit.? Seperti sepatu, selalu bersama, tak bisa bersatu. Meski sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa.

Iya. Tulisan kali ini, ingin mengurai sedikit kehabisasaan terhadap ia yang kusebut kekasih hatiku. Dialah sahabatku. Padanya kurasa kepertamaan kalinya menjadi bahagia bersahabat layaknya gadis baru beranjak remaja saat diberikan cokelat, hadiah oleh yang tersayang. Sesimpel itu hahahaha

Berawal di tahun 2012, ketika saya memilih hidup independen secara fisik, namun finansial belum saat itu hahahaha. Saat itu saya masih kuliah semester 3, di jurusan Sistem Informasi UIN Alauddin Makassar. Yaa. Saya memilih tinggal di kosan. Saat itu, bukan mudah bagi saya yang notabene anak mami, apa-apa semua diurusi, dan harus hidup di sepetak ruang yang cuma ada saya sendirian (iya saat itu saya memilih nge-kos sendirian tanpa teman). Saya lupa tepat bulan dan tanggal berapa  resminya saya menjadi anak kosan hehehe. Wuiih namun menjadi anak kosan, seutuhnya. Bukan main! Tidak semudah yang dibayangkan hahaha. Proses berkehidupan sejak bangun pagi hingga terlelap kembali, semuanya harus diurus sendirian. Kan biasa di rumah, ada ummi hehe *itu sapaan sayang saya untuk mama di rumah.

Mencari tempat kosanku kemarin, terbilang tidak susah (Katanya susah yaa dapat tempat ngekos yang pas di hati). Namun, saya memilih tempat di daerah Salemba bukan tanpa alasan. Hehe ini karena saya selalu main di situ. Bersama dia yang kusebut kekasih hatiku. Jadi cerita kami bermula dari situ.

Indahnya takdir Allah yang kita dipertemukan dengan yang se-frekuensi. Kebayang gak, dia ada, benar nyata, sekelas, sejurusan, dari kampung halaman yang sama, berkawan sejak SD hingga SMA dan dipertemukan kembali di bangku kuliah, satu kos pula ! hahaha Ada yang pernah nanyain, kalian ga merasa bosan tuh ? Hehe bosan itu manusiawi menurutku sebagai umat manusia hehe
Terlepas dari hal tersebut, saya hidup bersama lebih kurang 5 tahun lamanya di Pondok Salemba. Sebagai yang kusebut kekasih hati, ia selalu bisa jadi penyeimbangku. Kemanjaanku bisa di-cover olehnya. Ia bukan sosok yang romantis layaknya persahabatan pada umumnya, hanya saja kejujuran kita di setiap momen itu yang membawa kita bisa berjalan dalam dimensi waktu, bahkan hingga kini yang kita telah hidup masing-masing. Menceritakan kisah kasih selama di kosan sepanjang 5 tahun adalah rasanya tidak dalam kemungkinanku untuk diurai dalam satu entri tulisan ini.

Namun saya ingin membagi, jurus terjitu langgengnya kami selama bersama. hahahaha jurus ini layaknya tips berdasarkan penglaman pribadi, semoga bisa bermanfaat yaa.

1. Jujur

Jujurlah padaku! Hehe itu tadi petikan lirik lagu dari band apa ya. Hehe gausah dilanjut. Yup. Poin ini menjadi inti dari setiap hubungan menurutku. Jujur. Apa yang ada di hati, ga semua orang bisa jujur terhadapnya. Bahkan jujur terhadap diri sendiri, seringkali kita luput dengannya. Sesimpel jujur kepada sahabat bila saya lagi jatuh cinta dengan seseorang *eh, atau lagi ga mood karena sesuatu. Saat kau jujur dan ingin terbuka dengan yang kau sebut kekasih hatimu, maka dia akan merasa berharga karena dia merasa menjadi yang diperlukan. Saya pribadi adalah tipikal yang akan bisa jujur sejujurnya bila telah melabuhkan hati pada seseorang. Termasuk kepada sahabatku yang satu ini.

2. Tulus

Duhh kalau bicarain tentang ketulusan, dengannya kali pertamaku menjalani persahabatan dengan setulusnya rasa. Bukan karena ada apanya. Ga sama sekali. Saya terlahir dari keluarga sederhana, ga cantik, ga populer, bisa dibilang jadi cewek apatis lah saat itu. Eh tapi kok bisa ada yang mau menjadi yang melengkapiku hehe 5 tahun silam bisa dibilang adalah masaku terbawahku menjadi manusia. Ada banyak cerita piluh, kesedihan, pahit, getir, meski juga banyak bahagia. Terima kasih untuk sahabatku, kekasih hatiku yang ternyata memilih bertahan. Bukan sebaliknya pergi. Bukan mudah pastinya kulewati saat itu bila bersendirian.

Merasa dimiliki dan memiliki dengan ketulusan adalah salah satu bentuk cinta yang benar nyata, yang pernah kurasa. Terima kasih yaa Allah. Sesederhana itu rasaku menjadi makhluk paling kecil di muka bumi ini. Di zaman sekarang, tidak mudah menemukan rasa seperti itu. Tidak mudah menemukan makhluk tulus lagi. Seperti kebanyakan kulihat dan dipaparkan oleh orang tertua di sekitarku, semua orang punya orientasinya sendiri dalam berkawan. Yaa demikianlah adanya. Namun persahabatan yang telah kurangkai dengan kalimat yang begitu indah adalah orientasi yang sudah terpapar tulusnya kami membangun ikatan persahabatan. Rasanya selalu genap di hati. Terima kasih sahabatku.. Saya selalu merindumu.

3. Memahami

Satu hal yang bukan mudah. Menjadi memahami atas semuamuanya. Memahami peran masing-masing. hahahaha sebagai perempuan dengan dia yang perempuan juga dan bisa langgeng hingga kini adalah akibat dari rasa kami memahami satu sama lain. Sebagai pribadi yang random, sometimes saya bisa bahagia begitu, sometimes bisa jadi sedih teramat hehe. Saya salut teramat dengan yang bisa sabar berkawan dengan makhluk seperti saya hahaha. Terima kasih, lagi dan lagi. Atas rasa memahami yang selalu bisa kamu refill. Stok habis, diisi lagi dan begitu seterusnya. Saya pun selalu belajar menjadi yang bisa memahami, meski rasa ego seringkali lebih dosisnya.

4. Kepercayaan

Satu dari sekian banyak jurus terjitu agar menjadi langgeng adalah poin ini. Sepenuhnya kepercayaan untuk tumbuh bersama. Kepercayaan menjalani bersama dimensi waktu. Menyadari peran masing-masing. Sebagai perempuan yang lebih senang melakukan apa-apa sendirian, memberi kepercayaan kepada seseorang untuk menjadi bagian hidup kita bukan hal mudah. Acap kali banyak prasangka buruk dan ini sesuatu yang tidak bisa dihindari, manusiawi. Terlebih saya sebagai pribadi yang lebih senang melakukan apa-apa sendirian, kembali kutekankan. hehe, kamu yang seperti saya paling tahu ini. Sesimpel menitipkan tugas untuk dikumpulkan ke dosen, bukan mudah bagi saya untuk merasa tenang karena tidak mengumpulkannya sendiri. Namun dengan sahabatku, saya belajar bagaimana dan seperti apa itu kepercayaan. Dengan cara ? Dengan menyentuh hati, dengan memberi saya juga kepercayaan untuk segenap urusannya. Sangat mempercayai. Terima kasih yaa sahabatku.

5. Doa

Harapnya, semoga kita selalu bahagia. Itu doa yang selalu sahabatku ucapkan. Sejak dahulu hingga kini. Tidak berubah dimakan waktu, dimakan usia, meski terpisahkan jarak dan waktu. Mendoakan adalah cara menjaga sebaik-baiknya raga yang tidak bersua. Mendoakan dengan sebaik-baiknya karena apa yang kita doakan maka akan kembali kepada kita juga. Sehingga tumbuh baik bersama bukan lagi sekedar kata. Terima kasih atas doa-doa baik yang siapa pun itu selalu melantunkannya untuk diri saya pribadi.

6. Ada

Apa kamu pernah merasa ketiadaan seseorang meski dia sebenarnya hadir di tengah kita ? Meski raganya ada, namun segenap jiwa bukan untuk kita. Menjadi ada untuk segenapnya warna warni hidup ini baik sedih maupun senang adalah pembuktian dari hubungan itu sendiri. Saat kehadiranmu selalu ada di hati seseorang, bukankah itu buah dari apa yang kita sebut persahabatan. Banyak yang selalu bisa mengakui, saya adalah sahabat baik dari seseorang. Namun apakah kamu telah menjadi ada untuk dia ? Sesimpel menjadi orang yang kali pertama memeluknya di saat sedih sedang berkawan. Ini bukan hal yang sesederhana itu, menjadi tim hore dari hidup seseorang di saat ia sedang bahagia adalah sesuatu yang biasa. Namun menjadi keluarbiasaan saat kita bisa menjadi tim hore meski nasib baik seolah tak bertuan dengannya. Ada yang bisa seperti ini ? Bukan mudah melibatkan diri dalam kemelut hidup orang lain yang diri sendiri pun punya pelabuhan masalahnya sendiri. Terima kasih untuk sahabatku karena selalu ada.

Kita yang telah dibiasakan waktu, seperti terasa dicekik oleh getirnya kehidupan ini saat harus dipisahkan jarak dan waktu.
Kita yang telah dibiasakan waktu, seperti satu sisi sepatu hilang, terasa sedih bila kita di rak yang berbeda.
Kita yang telah dibiasakan waktu, akan membuat ceritanya sendiri. Meski saat putus usia nanti. Cerita itu akan selalu hidup.

Terima kasih, lagi dan lagi.
Semoga kita selalu bahagia yaa.
Salamku untuk sejuknya dirimu yang sedang mengudara di Bogor.



Komentar

Postingan Populer