Belajar dari 5 Jurus Berkehidupan Para Atlet



Sumber Foto : djarumbadminton.com - dp


Setelah sekian lama ga nonton pertandingan lagi, kali terakhir pas masih zaman mahasiswa baru huuhh *menghela nafas panjang
Yaa, udah lama banget ga nonton pertandingan bulutangkis. Yaa, udah banyak banget turnamen yang aku skip. Kesoksibukan aku menjadi perempuan masa kini membuat acap kali nonton turnamen di skip aja dulu hahahahahaha

Baik. Yang di atas itu hanya intermezo yaa temans pembaca. hahahahaha

Tapi emang serius kok, udah lama banget ga nonton perhelatan bergengsi ini. Dulu waktu masih sering nonton bulutangkis, berasa kerennya naik beberapa level. Yaa, setidaknya lagi nonton berkualitas kan yaa. 

Ehtapi akhir pekan kemarin (22 Oktober 2017) ternyata punya ceritanya sendiri, tadinya aku pikir akan menghabiskan waktu di konsernya Tulus. Iya, hari ini Tulus datang di Makassar, selamat datang di Makassar yaa. Sayang banget ga bisa langsung kesana hehehe

Ternyata akhir pekan kemarin dihabiskan di depan TV buat pantengin turnamen Final WJF 2017. Awalnya cuma lirik-lirik liat turnamen semi final kemarin. Kali pertama lihat si Rinov bareng Mentari (ganda campuran) bermain melawan Tiongkok, wuiih ternyata menang ! Habis itu liat si Rinov lagi bareng Yacob (ganda putra). Seingat aku mereka berdua lagi bertanding ngelawan Tiongkok juga, namun sayang banget ga berhasil maju ke babak final. Cuma yang aku gak fokus gitu nontonnya pas si Rehan dan Siti (ganda campuran) main, hahahaha entah kenapa. Seingatku mereka ngelawan Tiongkok apa Korea yaa, duh beneran lupa. Gapapa yaa temans pembaca. hahaha (yang hapal dibenerin yaa 😁)

So, akhir pekan kemarin menjadi hari yang cukup panjang menurutku. 

Mengapa ? Karena jadwal mandiku harus ke-skip karena nungguin 3 partai perwakilan Indonesia bermain di babak final. hehehe
Perwakilan Indonesia, dibuka oleh duo Sugiarto (ganda putri), yang harus cukup membawa pulang gelar runner up setelah melawan Korea. Kemudian disusul dengan pertandingan duo Indonesian, hahaha pasangan Rinov-Mentari dan pasangan Rehan-Siti. Pertandingan kali ini, memang cukup apik yaa. Mau tegang, ga juga yaa, kan sama-sama mewakili dan mengharumkan nama Indonesia, apapun yang terjadi. Di awal pertandingan, nontonnya biasa aja, bahkan sempat ngantuk *nyaris tidur. Eh cuman tiba-tiba melek pas lihat Siti minta break karena kakinya sakit sehingga minta bantuan tim medis. Waahh, suka banget mah saya nonton turnamen macam gitu, ga cuma sekedar nonton tapi ada pemanisnya which is ada yang mendramatisir gitu. hahaha 
Pemanisnya bisa lihat gimana kerasnya umat manusia berjuang. Walau cuma sekedar berjuang mengharumkan nama bangsa Indonesia. Wuiih, 'sekedar' !!! Tentu ini bukan 'sekedar' yaa, akan tetapi perjuangan yang luar biasaa. Seumur-umurku saja hidup di negeri ini, belum pernah sekalipun kuharumkan nama bangsa ini *sedih juga yaa. Daan puncaknya saat awarding, duhh, bisa lihat cuplikan video berikut :



Sumber Video : Instagram Andi Zuhaerini

Gimana ? Siti Fadia udah ngajarin tentang berjuang sampai titik akhir. Sebenarnya Siti memang lagi kurang fit sebelum pertandingan, sampai kena sesak nafas gitu pasca awarding. Good job beb ! hehe terima kasih udah berjuang sampai akhir. Eniwey, dari tadi kita bahas soal atlet mulu yaa, lantas apa kita cuma bisa menjadi penonton ? Tentu tidak hehe saya pribadi mempelajari banyak hal dari mereka yang telah kurangkum menjadi 5 poin berikut ini : 

Legowo menerima kekalahan


Menurut hemat saya, mental seperti ini (siap menerima kekalahan) adalah modal berkehidupan. Tentunya dalam setiap pertandingan, kemenangan adalah harapan setiap atlet. Namun, kekalahan bukanlah sesuatu yang bisa dihindari. Bila bahagia merayakan kemenangan itu udah biasa yaa. Namun bisa survive dan lapang dada menerima kekalahan, itu yang luar biasa. Banget. Dalam berkehidupan pun, hal ini tentu sepatutnya kita bisa aplikasikan. Sesimpel menjadi legowo saat jagoan kita yang bertanding menerima kekalahan pahit. Penerimaan ini tentu bukan hal yang mudah. Ini tentang hal yang tidak bisa dipelajari dengan membaca semenit lalu paham maknanya, akan tetapi perlu dilatih terus menerus dan akan selalu berurusan dengan hati. Sebab ini tentang kelapangan hati. Persoalan hati, memang akan selalu ribet ya. hahahaha


Menjadi Fleksibel

Dalam setiap pertandingan, tentunya punya ceritanya masing-masing. Tak jarang mungkin strategi yang telah dipersiapkan belum tentu bisa diaplikasikan di lapangan saat tengah bertanding sebab kita tidak pernah tahu bagaimana dan seperti apa strategi lawan saat bertanding. Tentunya ini momen dimana seorang atlet harus menjadi fleksibel. Which is bisa beradaptasi dengan situasi apapun itu. Sesimpel dia harus dihadapkan pada keputusan pelatih untuk dipasangkan dengan atlet baru which is dari atlet yang ia ga kenal. Dalam berkehidupan pun sangat bisa kita aplikasikan loh, sesimpel saat kita dikelompokkan oleh dosen dengan teman yang kita ga harapin untuk mengerjakan sebuah project. Nah, sudah tentu ke-fleksibel-an kita, which is keterbukaan kita menerima hal baru menjadi modal awal untuk memulai bekerja dengan teman tersebut. 


Latihan terus menerus


Salah satu yang menjadi bagian dari hidup seorang atlet adalah latihan. Atlet tanpa latihan, bukan apa-apa. Seperti tong yang kosong. Latihan dalam artian yang sesungguhnya adalah belajar. Belajar tiada henti, tentunya ini modal berkehidupan sehat pula. Dalam kehidupan sehari-hari, di setiap sendinya adalah pembelajaran. Bahkan dari seekor semut pun kita bisa mengambil pelajaran darinya. Sesimpel kita ingin menjadi programmer Android, tentunya perlu ketekunan untuk ngoding setiap waktu, anti galau terhadap error dan dilakukan secara terus menerus.


Belajar fokus


Setiap atlet mempunyai titik tujuan-nya masing-masing, which is mereka bakal fokus menuju tujuan-nya tersebut. Berbagai macam cara (cara yang sudah tentu baik, karena yang buruk bukanlah pilihan) dilakukan untuk membayar harga dari sebuah pencapaian. Hal ini tentu berlaku dalam kita berkehidupan. Apapun yang ingin kita tuju, fokus menujunya adalah hal yang utama.


Menjadi diri sendiri


Satu hal yang membuat saya selalu kagum dengan para atlet adalah salah satu sikapnya ini. Menjadi diri sendiri, bukan hidup di bawah bayang-bayang orang lain which is di bawah apa yang orang lain sampaikan atas pencapaiannya. Terlebih saat harus menelan kekalahan, bully-an sesuatu yang ga bisa dihindari. Tentunya mental ini butuh proses, terlebih bagi atlet muda ya. Namun ruang waktu akan menjadi ruang belajar, bukan hanya untuk para atlet, demikian halnya kita dalam memasyarakat. Dalam berkehidupan ini, hidup di bawah bayang omongan orang lain, adalah hal yang paling melelahkan di muka bumi ini. Keep being you ! Anyone have something special in their self. Hehehe 


Setiap perjalanan adalah pembelajaran. Semoga tulisan ini bisa menjadi manfaat.


Komentar

Postingan Populer